Senin pagi yang biasa saja, seperti saat melintas di hadapan cermin dengan refleksi diri yang juga biasa saja. Sarapan Roti, makan siang nasi, makan malam juga nasi, Biasaaa..! buang air besar di wc, buang sampah pada tempatnya, tidur - tiduran di kasur juga biasaaaaa..! yaah.. hari ini berjalan seperti biasa saja, sampai saat Gung Ws merencanakan untuk berdemo di depan gedung DPR, (ohhoho.. tentu saja kami tidak se'ekstrim itu) tapi rencana ini juga tidak kalah ekstrim yaitu, mendaki gunung Batur! (*krik krik *angin berhembus biasa saja).
Mungkin ini terdengar biasa saja, tapi bagi saya yang sudah bertahun - tahun tidak melakukan kegiatan serupa, bagaikan menjawab sebuah cita - cita. Ada pepatah "bercita - citalah setinggi - tingginya" dan salah satu cita - cita saya saat ini setinggi gunung Batur, jadi bisa di bilang saya sudah punya cita - cita yang cukup tinggi (*tersenyum kacau).
Nafas berirama dengan ketukan 1/2 (ngos ngosan), Akhirnya kita sudah melewati paragraf yang cukup mengacau pikiran. Jadi kita putuskan untuk memulai perjalanan pada 27 Desember 2011 malam. Dengan beranggotakan 6 orang antara lain Saya, Gung Ws, Bli Gung Yudha, Kris, Rendra dan seorang srikandi nan perkasa Novitha. Dalam cuaca dingin curah hujan tinggi disertai kabut Kami memulai Pendakian menuju kegelapan malam ditemani senter dan perlengkapan seadanya (jika dibandingkan dengan pendaki lain yang petualang banget). Pendakian kita mulai pukul 02.30 subuh tanggal 28 Desember 2011, yang rencananya bisa sampai di puncak tepat saat matahari terbit. Sepanjang perjalanan kabut dan medan yang licin terus menantang kami, tapi kami tak gentar sembari menantang balik (karena malu melihat bapak2 tua yang berjalan lincah menuju puncak) kami tetap semangat melanjutkan perjalanan ini.
Hingga akhirnya bertemu dengan medan menanjak yang cukup terjal pertanda puncak sebenter lagi terlihat.. sebentar lagi terlihat.. sebentar lagi terlihat.. sebentar lagi terlihat.. berkali - kali terucap sebentra lagi terlihat, ternyata hanya tipu daya fatamorgana yang hinggap. Tapi disitulah letak kesenangan dari sebuah perjalanan penuh tantangan. Setelah berjalan terus tanpa memikirkan jarak akhirnya terdengar riuh suara angin dibarengi suara manusia yang merembet pelan melalui angin.
Akhirnya, ini bener - bener akhirnya sampai di puncak juga tepat waktu, namun kabut tetap tidak mau bersahabat dengan pemuda pemudi bersahaja nan elok dari Denpasar ini. hanya putih yang membentang di cakrawala, timbul sedikit kekecewaan. Namun kekecewaan tersebut segera sirna oleh kebersamaan yang membuat kami senang. yang terpenting adalah kami senang melewati petualangan ini bersama - sama! terimakasih untuk akhir tahun yang luar biasa kawan dan gunung Batur.
Cari Kamar Bang! |
Tutur Tinular versi 2011. (sudah tayang di indosiar) |
*Juru Foto: Abe Wardana & Gung Ws
perjalanan itupun teringkas dalam sebuah video sederhana yang akhirnya merusak auto fokus pada DSLR karena cuaca yang cukup merusak
mohon maklum karena tulisan ini dibuat saat pikiran sedang kacau
dan tidak melewati proses sunting ulang
jiaaah...ada aja adegan stresss..wkwkwkwk...
ReplyDeleteasik ya tahun baru mendaki gunung
aku dulu ke batur pas 17 agustusan
eh ampe puncak upacara bendera deeh,, *merdekaaa
bak kalo pagi bee, mantap bgt pemandangan dari atas :)
apalagi kalo ada adik-adik sispala yang manjat dan kebingungan cari toilet buat bowkherl ;D
aaah,,sensasinya luar biasa ketika liat mukak orang nahan bowkherl...
laaah....saya kok ketularan kacao ini xD
hahahahaha Slam Ratu boker.. Yuuk kapan2 buat acara mendaki atau kemah bareng kru perspektif pelangi :D
ReplyDeletebungcuuuddh! pakek fotoku yg lagi milih tanah kek!
ReplyDelete@doi: itu dah pagi...apadaya badai tiba lebih dahulu.
Aaak, aku belum nulis laporannya ini. Mintak poto be :))
ReplyDeleteNice photos, Be..
ReplyDeleteFoto akhir kiri bawah, shite to the max.
:'>
thanks sha..
Deleteitu aku terpaksa karena menyenangkan :')